Kamis, 06 Juni 2013

Analisis Kinerja Operasional Bis Kota di Bengkulu

Analisis Kinerja Operasional Bis Kota di Bengkulu
Oleh: Priyadi Hengki 

Abstract

Indispensable requirement of public transport in urban areas, this is due to the population in urban areas are generally very dense, so it has a high mobility in living day-to-day activities. That is basically the use of public transport vehicles, passenger requires an adequate level of service that includes travel time, waiting time, safety and comfort is assured during the trip. Conditions of service of public transport system in the city of Bengkulu at this time in general is still far from the expected. This study is expected to provide input to improve operational performance in Bengkulu. Transport capacity per bus (Standard 40-85) For all transport capacity into the standard to which all routes: 49 passengers-68 passengers per bus. Number of passengers carried per bus/day (1000 to 1200 Standart passengers/day). Accidents per 100,000 miles bis (Standard 0.5-2 times). For the entire bus fleet is equal to 0.2439 times the range that is below standard so high safety level. 
Keywords: Public transport, level of safety, service levels.

Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang terjadi pada akhir decade ini, mengakibatkan jumlah penduduk di daerah perkotaan tumbuh dengan pesat. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk di atas, maka terjadi pula peningkatan kegiatan penduduk, intensitas pergerakan penduduk serta kebutuhan ruang di daerah perkotaan. Pada kota-kota besar di negara sedang berkembang (termasuk kota-kota di Indonesia), ledakan penduduk yang terjadi, juga diikuti dengan meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di daerah perkotaan. Karena terbatasnya finansial dan ruang (lahan) kota, perkembangan pemilikan kendaraan yang pesat ini seringkali tidak diikuti oleh perkembangan prasarana jalan dan kelengkapannya. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang umumnya menjadi penyebab munculnya masalah-masalah transportasi perkotaan. Sehubungan dengan masalah transportasi kota, Salim Abas (1993), mengklasifikasikan sebagai berikut: 1) Manajemen lalu lintas; 2) Kecelakaan lalu lintas; 3) Tingkat penggunaan angkutan umum yang melebihi kapasitas maksimum pada jam puncak (peak hour); 4) Tingkat penggunaan angkutan umum yang sangat rendah pada jam non puncak (off peak hour); 5) Kurangnya pelayanan bagi pedestrian (pejalan kaki); 6) Polusi udara dan suara serta, dan; 7) Kesulitan parkir
Tindakan pemecahan masalah transportasi kota yang hanya pada pengembangan atau peningkatan prasarana jalan saja, pada dasarnya tidaklah memecahkan masalah transportasi secara keseluruhan. Hal ini karena pada kenyataannya kepemilikan kendaraan yang terus meningkat itu terjadi hanya pada kelompok masyarakat tertentu atau pada golongan masyarakat perpendapatan menengah dan atas saja.

0 komentar:

Posting Komentar